By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Beasiswa KampusBeasiswa KampusBeasiswa Kampus
  • Home
    • About
    • Kontak
    • Tim Redaksi
    • Disclaimer
    • Pedoman Media Siber
  • Nasional
    NasionalShow More
    bosowa
    Gandeng Bosowa School, UPN Veteran Yogyakarta Gelar Seleksi Mandiri
    25/06/2025
    jurusan-lingkungan hidup
    7 Jurusan Kuliah tentang Lingkungan Hidup dan Prospek Kerjanya di Masa Depan
    18/06/2025
    Puspenma
    Kemenag akan Buka Seleksi Beasiswa Indonesia Bangkit 2025
    02/02/2025
    BSI Salurkan Beasiswa UICI
    BSI Salurkan Beasiswa untuk Universitas Insan Cita Indonesia
    21/01/2025
    beasiswa kemenag dan fullbright
    Kementerian Agama Jalin Kerja Sama Beasiswa Fulbright AS
    08/01/2025
  • Awardee
    AwardeeShow More
    waskito-jati mahasiswa havard university
    Waskito Jati, Alumnus MA Ali Maksum Krapyak Raih Beasiswa di Harvard University
    26/02/2025
    Kisah Inspiratif Farhan Nugraha Berhasil Masuk ITB
    Kisah Inspiratif Farhan Nugraha Berhasil Masuk ITB
    04/02/2025
    Elizabeth-beasiswa-pertamina
    Senangnya Elisabeth Raih Beasiswa Prestasi dari Pertamina, Ini Kisahnya!
    28/09/2024
    Hafal Al-Qur’an, Sakinah Huzaifah Raih Beasiswa dari Universitas BSI
    Hafal Al-Qur’an, Sakinah Huzaifah Raih Beasiswa dari Universitas BSI
    28/09/2024
    Begini Kisah Dua Dosen FEB UMP Raih Beasiswa Bergengsi di Taiwan
    Begini Kisah Dua Dosen FEB UMP Raih Beasiswa Bergengsi di Taiwan
    28/09/2024
  • Info Beasiswa
    • Beasiswa S1Sarjana
    • Beasiswa S2Magister
    • Beasiswa S3Doktor
  • Info Kampus
    • Kampus Negeri
    • Kampus Swasta
    • Kampus Luar Negeri
  • Ragam Info
    Ragam InfoShow More
    Peran Kampus dalam Mencegah Bullying Antar Mahasiswa
    25/11/2025
    peran sekolah
    Peran Sekolah dalam Pencegahan Bullying
    25/11/2025
    bullying anak
    Era Digital: Orangtua Harus Waspadai Anak dari Cyberbullying
    25/11/2025
    bahaya bullying
    Perlindungan Anak dari Bullying: Membangun Lingkungan yang Aman dan Penuh Kasih
    26/11/2025
    Forum Budaya dan Ilmiah Angkat Evolusi Layanan di Dua Masjid Suci
    11/11/2025
  • Advertise
©2024. All Rights Reserved.
Reading: Manajemen Multitasking: Kebiasaan Modern yang Diam-Diam Merusak Kesehatan
Share
Sign In
Font ResizerAa
Beasiswa KampusBeasiswa Kampus
Font ResizerAa
  • Home
    • About
    • Kontak
    • Tim Redaksi
    • Disclaimer
    • Pedoman Media Siber
  • Nasional
  • Awardee
  • Info Beasiswa
    • Beasiswa S1Sarjana
    • Beasiswa S2Magister
    • Beasiswa S3Doktor
  • Info Kampus
    • Kampus Negeri
    • Kampus Swasta
    • Kampus Luar Negeri
  • Ragam Info
Have an existing account? Sign In
  • Advertise
©2024. All Rights Reserved.
Beasiswa Kampus > Blog > Artikel > Manajemen Multitasking: Kebiasaan Modern yang Diam-Diam Merusak Kesehatan
Artikel

Manajemen Multitasking: Kebiasaan Modern yang Diam-Diam Merusak Kesehatan

Noto Susanto, SE, MM (Dosen Universitas Pamulang)

Info Beasiswa
Info Beasiswa
Share
SHARE

Beasiswakampus.com | Dalam banyak organisasi, pimpinan sering meminta para karyawan untuk menjadi individu yang multitasking. Permintaan ini biasanya lahir dari kondisi organisasi yang sangat dinamis, terutama akibat perkembangan teknologi, transformasi proses kerja, dan kebutuhan pengetahuan yang semakin beragam. Secara logis, hal ini memang masuk akal: ketika seorang karyawan mampu menguasai banyak keterampilan dan terus bersedia belajar hal baru, organisasi akan sangat diuntungkan.

Dengan kemampuan multitasking yang tinggi, perusahaan tidak perlu selalu mencari sumber daya manusia tambahan dengan spesialisasi yang berbeda-beda. Sebab, satu karyawan yang mampu menguasai beberapa bidang dapat mengisi berbagai kebutuhan pekerjaan sekaligus. Dalam perspektif efisiensi, hal ini tentu tampak ideal—organisasi dapat menghemat waktu, anggaran, dan energi untuk rekrutmen serta pelatihan.

Namun, di balik keuntungan tersebut, ada aspek penting yang sering terlewat: multitasking bukan sekadar kemampuan untuk mengerjakan banyak hal, tetapi beban kognitif yang sebenarnya tidak selalu sehat bagi individu. Otak manusia tidak dirancang untuk berpindah fokus secara cepat dan berulang. Ketika tuntutan multitasking terlalu tinggi, risiko kelelahan mental, penurunan kualitas kerja, stres kronis, dan burnout semakin besar. Akhirnya, efektivitas yang diharapkan justru berubah menjadi kontraproduktif.

Karena itu, organisasi perlu memahami bahwa multitasking bukan satu-satunya solusi untuk menghadapi dinamika perubahan. Yang jauh lebih berkelanjutan adalah membangun budaya kerja yang mendorong:

  • Pembagian peran yang jelas, sehingga karyawan tidak memikul beban kerja di luar kapasitas wajar.
  • Pengembangan kompetensi secara bertahap, bukan sekadar menambah tugas tanpa arah.
  • Penerapan prioritas kerja yang menjaga fokus dan kualitas hasil.
  • Pemanfaatan teknologi pendukung, agar rutinitas administratif tidak membebani sumber daya manusia.
  • Keseimbangan kerja yang sehat, sehingga karyawan tetap produktif tanpa harus mengorbankan kesehatan mental.

Dengan pendekatan seperti ini, organisasi tetap dapat bergerak adaptif dan efisien, tanpa menjadikan multitasking sebagai tuntutan yang membahayakan kesehatan karyawan. Pada akhirnya, perusahaan yang maju adalah perusahaan yang tidak hanya pintar mengelola pekerjaan, tetapi juga bijak merawat manusia yang mengerjakannya.

Sisi lain yang sering tidak disadari oleh pimpinan organisasi adalah bahwa tidak semua karyawan nyaman atau mampu memenuhi tuntutan multitasking. Setiap individu memiliki karakter, kemampuan belajar, dan kecepatan memahami instruksi yang berbeda. Banyak karyawan sebenarnya ingin menolak tuntutan tersebut, namun mereka tidak berani menyampaikannya secara langsung. Akhirnya, yang terucap hanya, “Siap, baik Pak. Kami akan terus belajar.”

Bagi sebagian pimpinan, respons seperti ini dianggap sebagai tanda positif—karyawan dinilai mau berkembang, mau belajar hal baru, dan siap beradaptasi. Tidak jarang, hampir 100% pimpinan merasa puas ketika melihat bawahannya menunjukkan sikap demikian. Namun di balik itu, ada realitas lain yang sering luput dari perhatian.

Pertama, tuntutan multitasking sering kali tidak diimbangi dengan sistem penilaian yang adil. Kinerja multitasking dinilai dengan angka, tetapi jarang disertai kompensasi seperti insentif tambahan atau peningkatan gaji. Padahal, pekerjaan yang semakin kompleks membutuhkan energi, fokus, dan waktu yang jauh lebih besar.

Kedua, beban belajar yang besar tidak selalu selaras dengan kemampuan setiap karyawan. Mereka yang lambat memahami instruksi sering kali merasa tertekan, bahkan merasa bersalah karena tidak bisa memenuhi ekspektasi pimpinan. Pembelajaran pun membutuhkan waktu dan biaya—dan tidak semuanya bisa diperoleh secara gratis. Akibatnya, proses belajar yang seharusnya menjadi peluang berkembang justru berubah menjadi beban psikologis dan finansial.

Yang lebih ironis, ketika seorang karyawan menunjukkan kesulitan atau ketidaknyamanan dalam mengikuti tuntutan multitasking, ia kerap mendapat label negatif: “berada di zona nyaman,” “tidak mau belajar,” atau “kurang progresif.” Padahal, kenyataannya tidak sesederhana itu.
Tidak semua yang lambat belajar berarti tidak mau belajar; mereka mungkin hanya membutuhkan pendekatan yang berbeda, waktu yang lebih panjang, atau dukungan yang lebih memadai.

Di sinilah pentingnya pimpinan memahami bahwa pengembangan karyawan bukan sekadar menambah tugas dan keterampilan, tetapi:

  • menyesuaikan tuntutan kerja dengan kapasitas individu,
  • memberikan pelatihan yang terstruktur dan dapat diakses,
  • mengapresiasi usaha belajar, bukan hanya hasil,
  • serta menghadirkan kompensasi yang selaras dengan beban kerja yang meningkat.

Organisasi yang sehat adalah organisasi yang mampu tumbuh tanpa mengorbankan kesejahteraan manusianya. Multitasking memang dapat meningkatkan efisiensi, tetapi jika diterapkan secara sembarangan, justru dapat merusak motivasi, kesehatan mental, dan performa jangka panjang karyawan.

Karena itu, bagi para karyawan, penting untuk tidak serta-merta merasa bangga ketika disebut sebagai karyawan yang multitasking. Memang benar, memiliki banyak ilmu dan pengetahuan tambahan adalah sebuah nilai lebih, tetapi akan menjadi tidak adil ketika kemampuan tersebut tidak diikuti dengan imbalan yang layak, peningkatan kesejahteraan, atau penghargaan yang sesuai. Kebanggaan tidak seharusnya menutupi kenyataan bahwa beban kerja yang meningkat memerlukan kompensasi yang sepadan.

Di sisi lain, perusahaan atau pimpinan harus mempertimbangkan dampak multitasking terhadap kesehatan mental dan kapasitas kerja karyawan. Tuntutan untuk mengerjakan banyak hal sekaligus sering kali muncul karena organisasi enggan menambah karyawan baru, dengan alasan bahwa sudah ada individu yang “bisa semuanya”. Namun kebijakan seperti ini berpotensi menciptakan tekanan berlebihan, kelelahan kronis, dan penurunan kualitas kerja secara jangka panjang.

Perusahaan perlu memahami bahwa:

  • Efisiensi bukan berarti memaksimalkan satu karyawan untuk mengerjakan tugas banyak orang.
  • Produktivitas sejati bergantung pada keseimbangan beban kerja dan kesejahteraan individu.
  • Multitasking yang dipaksakan justru dapat menghambat inovasi dan menurunkan motivasi.

Karyawan yang terus dipaksa untuk menguasai banyak hal tanpa dukungan memadai lambat laun akan merasakan ketidakadilan dan kelelahan mental. Sebaliknya, organisasi yang menghargai batas manusiawi dan menyelaraskan tuntutan kerja dengan kompensasi yang wajar akan memiliki SDM yang lebih loyal, sehat, dan produktif.

Pada akhirnya, hubungan antara karyawan dan organisasi harus dibangun atas dasar saling menghargai, bukan sekadar tuntutan sepihak.
Karyawan berhak mendapatkan penghargaan atas setiap tambahan tugas dan keterampilan yang mereka kuasai, sementara perusahaan berkewajiban memastikan bahwa efisiensi operasional tidak mengorbankan kesehatan mental dan kesejahteraan SDM-nya.

Kesimpulan:
Multitasking memang dapat meningkatkan efisiensi, tetapi penerapannya tanpa batas justru berisiko merusak kesehatan mental, menurunkan kualitas kerja, dan menimbulkan ketidakadilan bagi karyawan. Organisasi perlu menyeimbangkan tuntutan dengan dukungan dan kompensasi yang layak agar produktivitas tetap sehat, manusiawi, dan berkelanjutan.

You Might Also Like

Langkah-Langkah Negosiasi Efektif untuk Mendapatkan Win–Win Solution

Hubungan Antara Komunikasi Interpersonal dan Kerja Tim pada Mahasiswa

Etika Berbicara, Bisnis Berkembang: Koneksi Tak Terbantahkan antara Komunikasi dan Kepercayaan

Efektivitas Komunikasi Verbal Antara Mahasiswa dan Dosen Membangun Hubungan Profesional

Manusia vs. Algoritma: Menjaga Sentuhan Emosional dalam Komunikasi Bisnis Era AI

TAGGED:dosen univ pamulangManajemen Multitaskingnoto susanto
Share This Article
Facebook Twitter Whatsapp Whatsapp LinkedIn Telegram Copy Link
Previous Article Langkah-Langkah Negosiasi Efektif untuk Mendapatkan Win–Win Solution

Stay Connected

1kFollowersLike
500FollowersFollow
245FollowersFollow
4.4kFollowersFollow

ARTIKEL LAINNYA

FKIS UTM Terima Kunjungan Benchmarking dari Fakultas Syariah UIN Syekh Washil Kediri
Kampus Negeri 25/11/2025
Guru Besar UIN Syekh Wasil Kediri
Guru Besar UIN Syekh Wasil Kediri Isi Kuliah Tamu di UTM
Kampus Negeri 25/11/2025
Peran Kampus dalam Mencegah Bullying Antar Mahasiswa
Ragam Info 25/11/2025
peran sekolah
Peran Sekolah dalam Pencegahan Bullying
Ragam Info 25/11/2025
bullying anak
Era Digital: Orangtua Harus Waspadai Anak dari Cyberbullying
Ragam Info 25/11/2025
bahaya bullying
Perlindungan Anak dari Bullying: Membangun Lingkungan yang Aman dan Penuh Kasih
Ragam Info 26/11/2025
Fakultas Keislaman UTM Adakan Refreshment Mediator Hidupkan Budaya Damai
Kampus Negeri 20/11/2025
fakultas keislaman utm
Mahasiswa FKIS UTM Raih Tiga Penghargaan Bergengsi Internasional
Kampus Negeri 14/11/2025
institut sebi depok-5
Sebanyak 171 Sarjana Dikukuhkan di Institut SEBI Depok dalam Wisuda ke-20
Kampus Swasta 14/11/2025
Forum Budaya dan Ilmiah Angkat Evolusi Layanan di Dua Masjid Suci
Ragam Info 11/11/2025
Beasiswa KampusBeasiswa Kampus
Follow US
©2024. All Rights Reserved
Logo beasiswa Final Logo beasiswa Final
Welcome Back!

Sign in to your account

Lost your password?