BEASISWAKAMPUS.COM | Perjalanan penuh perjuangan dan kerja keras akhirnya membuahkan hasil bagi Waskito Jati (26), seorang alumnus MA Ali Maksum Pondok Pesantren Krapyak, Bantul, Yogyakarta.
Waskito berhasil meraih beasiswa untuk melanjutkan studi di Program Master of Theological Studies (MTS) di Harvard Divinity School, dengan fokus pada Islamic Studies. Kisah inspiratifnya menjadi bukti bahwa mimpi yang tampak jauh sekalipun bisa menjadi kenyataan jika diperjuangkan dengan sungguh-sungguh.
Tujuh tahun lalu, di sudut Masjid Al Munawwir, Pondok Pesantren Krapyak, Waskito melantunkan doa yang tampak mustahil. Ia memohon agar suatu hari bisa berkuliah di universitas terbaik di dunia. Latar belakang keluarganya yang sederhana membuat harapan itu terasa jauh, namun tidak menghentikannya untuk terus berusaha. Ia meyakini prinsip Man jadda wa jada—barang siapa bersungguh-sungguh, maka ia akan berhasil.
Perjalanan Menuju Harvard
Perjuangan panjang membawanya bekerja keras sembari kuliah dan aktif berorganisasi. Hingga akhirnya, sebuah email dari Harvard University mengubah hidupnya. Ia diterima di program MTS dan mendapatkan beasiswa penuh yang mencakup biaya kuliah serta tunjangan hidup. Baginya, ini bukan sekadar pencapaian pribadi, tetapi juga bukti bahwa usaha yang tak kenal lelah akan membuahkan hasil.
Menurut Waskito, kunci keberhasilannya adalah konsistensi dalam membangun kualitas diri. Ia mengatur jadwal harian untuk membaca buku, menghafal kosakata baru, dan menulis esai secara rutin. Ia juga memahami pentingnya kemampuan bahasa asing sejak duduk di bangku madrasah, sehingga aktif dalam klub debat Bahasa Inggris yang membawanya meraih juara tingkat provinsi.
Keuntungan Belajar di Pesantren
Tinggal di pondok pesantren memberinya banyak manfaat. Diskusi dengan teman-teman asrama memperluas wawasannya, terutama dalam memahami isu-isu global. Hal ini terbukti berguna ketika ia mengikuti wawancara program pertukaran pelajar ke Amerika Serikat pada 2008. Kesempatan itu pun menjadi batu loncatan bagi perjalanan akademiknya.
Keberhasilan tidak datang tanpa kegagalan. Setelah pulang dari program pertukaran pelajar, ia sempat menghadapi kendala finansial untuk melanjutkan pendidikan. Beberapa beasiswa ditolak, termasuk beasiswa LPDP di tahun 2015. Namun, ia tak menyerah dan terus mencari peluang. Dengan nilai IELTS 7.5, ia berani mendaftar ke universitas ternama seperti University of Chicago dan Harvard University.
Menghadapi tes masuk yang sulit seperti GRE, Waskito belajar secara otodidak karena keterbatasan biaya. Selama lima bulan, ia menghafal ribuan kosakata sulit dan menulis puluhan esai. Akhirnya, kerja kerasnya berbuah manis. Selain diterima di University of Chicago dengan beasiswa 50 persen, ia juga mendapatkan kabar menggembirakan dari Harvard University—ia diterima dengan beasiswa penuh.
Dukungan Ibu dan Harapan Masa Depan
Saat memberi tahu ibunya, Waskito terharu dengan respons sederhana sang ibu yang awalnya tidak mengenal Harvard. Namun, setelah dijelaskan, sang ibu bangga dan bersyukur. Kini, ia menghadapi tantangan baru, yaitu mencari dana tambahan untuk biaya hidup di Harvard. Meski begitu, ia tetap yakin bahwa ini bagian dari rencana besar yang telah Tuhan siapkan.
Perjalanan Waskito Jati adalah bukti bahwa dengan kerja keras, doa, dan ketekunan, tidak ada impian yang terlalu tinggi untuk dicapai.[]